Fanfic Kuroko no Basket
"Aku" disini adalah pembaca.
Selamat membaca!
Kriiinggg... bel pulang
Hufftt.. musim dingin. Aku memasuki semester ke 2 ku di tahun ke 2 SMA.
Seett... Seorang remaja laki laki hampir saja terjatuh tersandung kaki meja. Untung saja aku segera menopang kedua tubuhnya dengan tanganku. "Kau tidak apa apa?" tanyaku.
"Arigato." katanya sambil berdiri dan merapihkan pakaian.
"Itu bukan apa apa, Kuroko-kun." aku tersenyum lalu merapihkan buku - bukuku. Sudah 1 tahun aku menyukai Kuroko. Sejak pertama kali bertemu dengannya di gedung olahraga, aku terus memperhatikannya. Dan aku senang saat sesekali Kuroko juga menatapku.
.
.
Aku berjalan menuju gedung olahraga. Aku ikut klub basket sebagai pemain, tapi hari ini latihan diliburkan. Aku memutuskan untuk tetap berlatih, karena selama aku bergabung kemampuanku tidak juga meningkat. Aku hanya bisa mengacaukan kerja tim. Jadi aku akan terus berlatih sampai aku bisa.
Sejak tadi, aku merasakan keberadaan orang lain di gedung olahraga itu. Padahal sudah pukul 3 sore. Aku meletakan bola basket di dalam sebuah keranjang yang cukup besar. lalu aku berjalan menuju pintu masuk.
"Siapa disana?" tanyaku, tapi tidak ada jawaban dari siapapun.
"Ayolah, aku tahu ada orang disini. Aku tahu kau memperhatikanku." kataku lagi sambil memperhatikan sekitarku
.
"Kau mencari siapa ne?" tanya seseorang dari arah belakangku.
"Ah, Riko-senpai. Jadi kau yang sejak tadi memperhatikanku?" Aku malah balik bertanya.
"Bukan aku. Tapi aku melihat siapa yang memperhatikanmu."
"Benarkah, beritahu aku."
Riko berjalan lebih dekat kearahku. lalu membisikan sebuah nama. "Ku.. ro.. ko.."
Aku terkejut. Tapi untuk apa dia memperhatikanku?
"Aku tidak menyangka kau bisa merasakan hawa tipis Kuroko. Aku saja baru menyadarinya saat dia menyapaku."
"Kau yakin senpai? Tapi untuk apa Kuroko-kun memperhatikanku?"
"Mungkin dia menyukaimu atau semacamnya." aku terkejut dengan jawaban Riko-senpai "Kalau begitu aku pergi."
Aku terus memikirkan perkataan Riko-senpai, apa itu benar, atau itu hanya candaan?
.
.
.
oOo
Aku duduk di pinggir lapangan, keringatku terus menetes. Hari ini ada latihan basket tapi aku sudah tidak punya semangat untuk bermain basket. Aku hanya bisa mengacaukan permainan timku. Walau aku sudah berlatih tapi tetap saja kemampuanku tidak bertambah.
"Kenapa berhenti?" tanya Kuroko yang menghampiriku. "Kami masih bermain."
"Tidak,.. aku akan berhenti dari basket." jawabku datar.
"Nande?" tanyanya dengan wajah datar.
"Aku hanya bisa mengacau. Lagipula, aku satu - satunya pemain basket wanita. aku tidak akan ikut turnamen apapun."
"Kau suka basket?" tanyanya lagi,
"Tentu saja." jawabku
"Kenapa kau suka basket?"
"Basket, karena decitannya. Suara ringnya. Kecepatan saat berlari, dentuman bolanya. Rasanya tidak ada olahraga yang lebih baik dari ini."
Kuroko terdiam sambil menatapku, ah mata birunya benar benar indah. Aku bisa merasakan kesejukan dari matanya itu.
"Kalau begitu jangan berhenti. Ayo bermain bersama -sama." aku balik menatapnya, dia sedang memandangku dengan sanyuman yang belum pernah kulihat.
.
.
Semuanya sudah selesai berlatih. Tapi tidak denganku. Kata - kata Kuroko itu benar - benar mengubahku. Aku melihat jam, setengah 7 malam. Aku tidak sadar sudah latihan selama ini, aku harus segera pulang. Jika tidak ibu akan memarahiku. Yah, walau aku punya alasan untuk hal ini.
Aku membereskan beberapa bola yang tergeletak di lantai, dan memasukannya ke dalam keranjang yang besar. Setelah itu aku membilas tubuhku yang penuh keringat.
.
.
Saat aku berjalan pulang, aku merasa diikuti oleh seseorang. Aku melempar bola basket miliku ke arah orang tersebut.
"Aduhh.."
Suara itu sangat kukenali. Itu suara, "Kuroko, sedang apa kau?" tanyaku.
"Aku khawatir, kau tidak ikut pulang bersama kami. Riko bilang kau masih berlatih jadi aku menemanimu,." jawabnya dengan tatapan datar.
"Ah, gomen aku sudah melempar bola kepadamu, dan Arigato kau sudah mau menemaniku."
"Tidak, aku senang bisa memperhatikanmu dan menemanimu seperti ini."
Kenapa dia berkata seperti itu, apa maksudnya?
"Apa kau baik - baik saja pulang jam segini?" tanyanya
"Ya, aku punya alasan yang bagus."
"Aku akan menemanimu sampai rumah. Lagipula rumah kita searah."
"Jangan, kau akan terlambat pulang. Aku akan pulang sendiri."
"Aku sudah bilang, aku senang bisa menemanimu." katanya sambil menatapku "Aku senang bisa bersama denganmu."
Apa dia sadar apa yang sedang di ucapkannya. Jantungku mulai berdetak kencang, rasanya ingin meledak. Perasaan bahagia ini, akhirnya.
"Kau berbeda dari yang lainnya. Kau bisa merasakan keberadaanku. Kau menolongku saat aku hampir terjatuh. Arigato."
.
.
.
"Sudah sampai, Arigato sudah menemaniku pulang." Aku tersenyum dengan bahagia sambil menatap matanya.
"Besok, aku akan menemanimu pulang. Tidak hanya besok, setiap hari.Kita akan pulang bersama - sama." gumamnya dengan wajah datar. Tapi lama kelamaan, senyuman mulai mengembang di bibirnya.
"Ha'i" aku mengangguk dengan senang.
.
.
.
Besoknya, setelah latihan basket aku tidak melihat Kuroko sama sekali. Aku terus mencarinya tapi kali ini rasanya begitu sulit menemukan dia. Padahal biasanya aku bisa dengan cepat menemukannya.
"Kau mencari siapa?" tanya Hyuga-Senpai,
"Kuroko."
"Dia sudah pulang bersama dengan Kagami."
Aku terkejut, ya mana mungkin aku bisa pulang bersama dengannya lagi. Kemarin hanya sebuah keberuntungan. Mungkin dia tidak sadar saat mengatakan hal itu kemarin.
Aku bergegas pulang kerumah, aku berlari sekencangnya agar aku bisa cepat sampai dirumah.
Bruukk..
"Hati - hati kalau jalan! Kau punya mata tidak?!"
aku tidak sengaja menabrak seseorang, dan sepertinya mereka adalah berandalan dari sekolah lain.
"Maaf, aku tidak sengaja. aku sedang buru - buru."
"Eh tunggu mau kemana kau? sebelum kau pergi, kau harus membayar untuk hal tadi."
Aku segera mengeluarkan sejumlah uang dan memberikan kepada salah satu dari dua orang itu.
"Ini tidak cukup. Bagaimana kalau kau temani kami?"
"Aku sudah beri kalian uang! Sekarang lepaskan aku!" Tapi salah satu dari mereka malah memegangi tanganku, refleks aku memukulnya dengan tinjuku. Ya, itu lumayan membuatnya merasa sakit. Tapi karena hal itu, aku malah terkena tinju dari temannya yang lain. Aku segera kabur, dan mereka mengejarku. Huh, mereka aku harus terbebas dari kejaran mereka.
Bruukk..
lagi - lagi aku menabrak orang. Tapi kali ini, "Kenapa kau berlari seperti itu?"
"Kuroko-kun?!" Aku terkejut, lalu aku menoleh kebelakang. Orang yang mengejarku sudah tidak ada.
"Kenapa dengan wajahmu? Kau terluka." kata Kuroko sambil memegang kepalaku dengan kedua tangannya.
"Ah, ini tidak apa apa. Tadi aku jatuh."
"Tidak kau berbohong, katakan ada apa?" Kuroko menatapku dengan wajah cemasnya. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Dan aku mulai menangis.
"Baka! Baka Kuroko!" seruku sambil menghapus air mataku yang terus mengalir.
"Kau bilang akan menemaniku pulang, kau bilang kita akan pulang bersama." Aku masih saja menangis.
"Itu, Gomen. Aku lupa, dan Kagami memintaku untuk menemaninya."
"Baka. Aku mencarimu kemana - mana. Dan kau sudah pulang duluan. Barusan anak berandal itu mengejarku. Aku memang tidak pernah beruntung."
"Jadi ini semua karena mereka?"
Aku mengangguk. Tiba - tiba Kuroko memelukku, aku begitu terkejut. Aku tidak pernah menyangka akan dipeluk olehnya.
"Gomen, gomen. gomen. Seharusnya aku pulang bersamamu agar kau tidak begini."
Ini pertama kalinya aku mendengar Kuroko sekhawatir ini. Ada rasa bahagia di hatiku, dikhawatirkan olehnya.
"Kuroko-kun," bisiku "Suki da, Daisuki da. Aku menyukaimu."
Kuroko terkejut mendengar ucapanku, begitu juga aku. Kenapa tiba - tiba aku mengucapkan hal itu. Lalu dia melepaskan pelukannya. Aku belum pernah melihat wajahnya sekaget ini.
"Jadilah pacarku!" balasnya. Aku lebih terkejut dari yang sebelumnya.
"Apa kau tidak salah bicara, mana mungkin kau menginginkan pacar seperti aku. Aku ini.."
"Aku menyukaimu." katanya dengan bersungguh - sungguh.
"Tidak, kau mengatakannya karena kasihan padakukan."
"Aku menyukaimu." Kali ini tatapannya begitu tajam menatapku. Dia benar - benar serius.
"Bodoh, seharusnya kau tidak perlu seserius itukan. wajahmu makin menakutkan." Aku tersenyum senang, lalu Kuroko memelukku lagi.
"Aku menyukaimu." bisiknya
"Aku sudah tau."
Semenjak itu kami mulai berpacaran. Rasanya hidupku amat bahagia.